Pentingnya Mengenal Skrining Hipotiroid Kongenital Pada Bayi Baru Lahir

Mencegah keterbelakangan mental dan tumbuh kembang pada bayi baru lahir dengan cara Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).

Pentingnya Mengenal Skrining Hipotiroid Kongenital Pada Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan bayi dengan SHK. (ilustrasi : dr. Sisar Priya).

Oleh : dr. Sisar Priya Nur Zaman 

Kediri, (afederasi.com) - Memiliki calon bayi yang lahir dengan sehat dan sempurna merupakan impian dari setiap orang tua. Mengacu prevalensi global 1 : 3.000 kelahiran, menunjukkan bahwa 1.500 dari 4,4 juta bayi baru lahir Indonesia diperkirakan lahir dengan hipotiroid kongenital. Hipotiroid kongenital yang dideteksi lebih cepat dan diobati, dapat mencegah anak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan keterbelakangan secara kognitif. Dengan demikian skrining hipotiroid kongenital perlu dilakukan.

Apa gejala kekurangan hormon tiroid kongenital?

Gejala dan tanda yang dapat diobservasi setelah 1 bulan bayi lahir antara lain tubuh pendek, lunglai, kurang aktif, bayi kuning, lidah besar, mudah tersedak, suara serak, pusar bodong, dan ubun-ubun melebar. Dengan skrining, diharapkan bayi yang menderita hipotiroid kongenital dapat diberikan tatalaksana dengan segera sehingga dapat terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif. Hormon tiroid memiliki peran sangat penting dalam hal metabolisme (metabolisme protein, lemak, karbohidrat) dan aktivitas fisiologik hampir seluruh organ tubuh manusia. Kekurangan atau kelebihan hormon ini akan menimbulkan gangguan pada beberapa proses metabolisme dan aktivitas fisiologik yang akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan termasuk sistem saraf dan otak. Hormon ini disekresi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar dalam tubuh manusia yang terletak di leher bagian depan dan terdiri dari 2 bagian (lobus kanan dan lobus kiri) yang menyatu pada bagian tengah seperti kupu-kupu. Kelenjar ini mengeluarkan hormon tiroid (hormon tiroksin, T4 dan triidotironin, T3) yang diatur melalui mekanisme umpan balik bersama thyroid stimulating hormone (TSH).

Kapan test skrining hipotiroid dilakukan ?

Test skrining hipotiroid sebaiknya sudah dilakukan pada bayi pada hari ke 2 – 6 setelah lahir dengan pemeriksaan laboratorium TSHs (neonatus) yang diambil oleh tenaga kesehatan. Beberapa tetes darah bayi yang diambil dari ujung tumit kaki diteteskan ada kertas saring, dikeringkan dan kemudian di kirim ke Laboratorium. Kemudian diproses di laboratorium dengan metoda immuno radiometric assay (IRMA). Nilai normal TSH spot neonatus dengan metode IRMA adalah 20-40 mUTSH/L, sedangkan dengan metode Fluorometri Immunoassay (FIA) < 20 mIU/L. Pada bayi yang dicurigai mengalami hipotiroid kongenital akan memberikan hasil kadar TSH spot yang tinggi. Hasil tes bisa diketahui dalam waktu kurang dari satu minggu.

Inilah beberapa laboratorium untuk rujukan SHK 

- RSUP Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta

- RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

- RSUP dr Sardjito DIY

- RSUD dr Soetomo Surabaya

- RSUP Karyadi Semarang

- RSUP Adam Malik Medan

- RSUP Dr M Djamil Padang

- RSUP M Hoesin Palembang

- RSUP Prof Dr IG Ngoerah Denpasar

- RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar

- RSUP Dr RD Kandouw Manado

Bila hipotiroid kongenital ini bisa diketahui sedini mungkin, pemberian terapi pengganti hormon dapat segera diberikan. Pemberian terapi yang tepat sebelum anak berusia 1 bulan, dapat mencegah kerusakan yang terjadi sehingga tumbuh kembang anak dapat optimal seperti anak sehat lainnya. Dengan adanya pemahaman dan kepedulian mengenai pentingnya skrining hipotiroid kongenital pada masyakarat, diharapkan cakupan skrining hipotiroid kongenital akan semakin meningkat dan lebih banyak anak-anak yang mendapatkan pengobatan optimal sedini mungkin.